Kota Jogja sedang dilanda musim kampanye. Sayangnya tidak diikuti musim hujan yang kutunggu-tunggu. Aku sudah ga tahan dengan panasnya kota Jogja. Untung musim kampanyenya tidak panas dan tetap adem ayem. Kalau misalnya kampanye ikut panas bisa-bisa Jogja kebakar (ga ding, bercanda).
Kampanye walikota Jogja ini cukup menarik karena sangat damai dan cukup seru. Untungnya ga ada lagi konvoi. Aku paling ga suka konvoi kampanye. Bikin macet dan keliatan ga dewasa banget. Aku ga mau cerita tentang orang lain lagi kayak kemaren ah. Pokoknya ada kampanye yang bikin aku marah-marah setahun silam. Sekarang seharusnya orang menilai orang dari kemampuan non-materialnya, bukan dari jumlah pendukung dan kemampuannya membagi rejeki (baca : uang dan barang-barang lainnya yang dibagi dalam kampanye).
Bukannya aku ga suka dengan orangnya lho tapi ga suka politik yang berbau materialistis. Sayangnya materialistis susah untuk dihilangkan dari budaya Indonesia. Alhamdulillalh sekarang sudah berkurang kok. Sekarang aku hanya bisa berdoa semoga terpilih pemimpin yang terbaik. Amin.
-tJo-
Kampanye walikota Jogja ini cukup menarik karena sangat damai dan cukup seru. Untungnya ga ada lagi konvoi. Aku paling ga suka konvoi kampanye. Bikin macet dan keliatan ga dewasa banget. Aku ga mau cerita tentang orang lain lagi kayak kemaren ah. Pokoknya ada kampanye yang bikin aku marah-marah setahun silam. Sekarang seharusnya orang menilai orang dari kemampuan non-materialnya, bukan dari jumlah pendukung dan kemampuannya membagi rejeki (baca : uang dan barang-barang lainnya yang dibagi dalam kampanye).
Bukannya aku ga suka dengan orangnya lho tapi ga suka politik yang berbau materialistis. Sayangnya materialistis susah untuk dihilangkan dari budaya Indonesia. Alhamdulillalh sekarang sudah berkurang kok. Sekarang aku hanya bisa berdoa semoga terpilih pemimpin yang terbaik. Amin.
-tJo-
Postingan
0 komentar: