Indonesia berhenti berpolemik [2]
22.55 | Author: Tee
Beberapa waktu yang lalu ada sebuah acara debat di sebuah stasiun TV swasta baru. Debat itu bertemakan BLT yang kini marak dibicarakan media massa dan masyarakat. Dalam acara itu bertemu dua kubu yang yang saling mempertahankan pendapat dan berusaha meyakinkan kubu lain bahwa pendapatnya benar. Tentu saja kedua kubu ini memliki pendapat yang bertolak belakang (kalau tidak salah, kubu yang menolak diwakili oleh pak Kwik).

Aku tidak sengaja menonton acara ini. Kebetulan saja aku melihat acara ini saat sedang melihat-lihat channel TV dan karena aku pernah melihat acara ini bebereapa lalu yang memang bagus pada saat itu. Aku kecewa melihat acara ini tetapi bukan karena acaranya jelek. Melihat episode waktu itu aku menjadi malu sebagai bangsa Indonesia dan marah melihat perilaku saudaraku sebangsa yang lebih berpengalaman itu. Bayangkan saja! Acara yang seharusnya bisa menghasilkan sesuatu yang berguna Bagi bangsa ini malah berubah menjadi ajang tawuran. Untung saja itu di acara TV, kalau terjadi di tempat umum mungkin akan terjadi tawuran beneran.

Saat itu ada salah satu oarang dari kubu yang menolak mengatakan bahwa dia tidak menolak adanya BLT tetapi dalam pelaksanaannya sering terjadi masalah dan biasanya masyarakat menyalahkan pemerintah daerah setempat (mungkin camat, lurah, kades, dll) bukan pemerintah pusat. Nah, setelah ini tiba-tiba keadaan menjadi rusuh dan nyaris berubah anarki karena kedua kubu yang seperti anak kecil dan berlaku tidak sportif. Mirip suporter bola lah. Hal ini diperparah dengan jawaban jubir kubu lain yang salah dalam menanggapi pernyataan itu. Dia malah berkata bahwa BLT yang sekarang beda karena melibatkan pemda setempat dll (saya agak lupa).

Yang menurutku salah adalah hobi bangsa ini untuk berpolemik!! Tanggapan bapak jubir kubu pendukung BLT tadi sangat kental dengan "bertahan dari serangan" dan bukan bermaksud untuk mengerti apa yang bapak yang bertanya tadi rasakan. Dia seakan tidak mau memecahkan masalah yang ada dan hanya bermksud melindungi diri sendiri. Seharusnya dia berkata seperti " ya, masalah itu mungkin saja ada karena banyaknya data yang harus dipelajari tetapi kami berusaha meminimalisir dengan berusaha bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat yang lebih mengerti mengenai warganya". Menurutku jawaban ini serupa dengan apa yang ingin dikatakan bapak tadi tetapi dengan mencoba mengerti apa yang dirasakan lawan bicaranya.

Kenapa saya mengatakan mengerti apa yang dirasakan lawan bicaranya? Karena saya tahu bahwa kalau ada masalah dengan bantuan seperti ini maka yang paling parah kena imbasnya adalah pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat. Pemerintah daerah terutama yang paling bawah ini berada di posisi yang sangat sulit karena mereka tidak bisa berbuat banyak karena keputusan ada di tingkat atas dan merekalah yang dikecam masyarakat.

Hal lain yang perlu dicermati pada kasus ini adalah bahwa sikap sportif dan menghargai lawan bicara adalh sesuatu yang wajib dilakukan. Jangan sampai keluar ejekan atau tekanan kepada lawan seperti teriakan "HUUUUU". Alangkah baiknya jika mereka bertepuk tangan saja saat jubir mereka berpendapat dan diam mendengarkan saat jubir lawan berpendapat. Karena kita sama-sama berusaha yang terbaik untuk bangsa ini. Kita nasih saudara sebangsa lho.

LONG LIVE INDONESIA!!

This entry was posted on 22.55 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: