Malam tadi semua acara berita di tv membahas fatwa haram MUI yang terbaru yaitu rokok, golput dan yoga. Fatwa baru ini mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat terutama rokok dan golput. Saya sendiri ikut mikir sampai baru bisa tidur jam 1 pagi, tapi memang karena sorenya sudah tidur..
Rokok itu...
Sebagai orang yang tidak merokok masih belum bisa menyetujui fatwa haram rokok sepenuhnya. Rokok memang berbahaya tetapi bahaya kurasa belum terlalu tinggi tidak seperti minuman keras yang bahayanya tinggi. Saya masih bingung dengan fatwa ini walaupun tidak berlaku penuh karena ada batasannya yaitu hanya untuk anak-anak, remaja, ibu hamil dan di tempat umum. Tanggapan mertuanya mas arkha gimana ya?
Golput itu hak!
Fatwa haram golput ini jelas-jelas saya tolak. Wong jelas-jelas memilih itu hak kok bukan kewajiban. Alasan yang mereka kemukakan adalah takut kalau sampai tidak ada pemerintahan atau pemimpin. Ini benar-benar tidak berdasar dan terlalu sempit. Dengan hormat saya mengatakn itu pak atau ibu. Negara ini sudah kompleks sistemnya bukan jaman suku-suku seperti dahulu. Tidak mungkin sistem ketatanegaraan akan membiarkan ketidakadaan pemimpin dalam suatu negara pasti ada meknisme kalau golputnya sampai sejauh itu.
Golput sendiri tidak mesti diartikan kejahatan karena bisa dianggap sebagai sebuah mekanisme untuk mengontrol para wakil rakyat. Golput menunjukkan kinerja calon wakil rakyat yang tidak baik seperti saat ini. Golput seharusnya menjadi pengingat dan potensi yang bisa digarap oleh para calon wakil rakyat dengan membuat kampanye atau pendekatan yang lebih baik lagi.
Saya melihat kampanye yang dilakukan para calon wakil rakyat ini sudah kuno dan tidak efisien lagi. Seperti yang diberitakan oleh salah satu TV berita di Indonesia, pemilih tidak semuanya adalah pemilih tradisional yang bisa memlilih hanya dengan nama partai, wajah calon ato iklan-iklan janji saja. Para calon wakil rakyat ini harusnya memiliki ideologi yang bisa ditawarkan kepada masyarakat dan ideologi inilah yang dipilih masyarakat. Kalau janji saja sih semua orang juga bisa.
Cobalah untuk mendekati calon pemilih dengan turun ke tempat-tempat umum untuk bersosialisasi langsung dengan mereka. Menyapa dan ngobrol dengan mereka seperti para tokoh di Amerika. Bukan berarti kita setuju dengan Amerika lho tapi mereka punya cara kampanye yang menurutku menarik. Ada komik jepang "Kunimitsu" yang bercerita mengenai politik dan kampanye di Jepang. Buatlah kampanye sekreatif dan sebaik mingkin, tidak harus mahal kok.
Huf, I've talk to much and the rain has calmed a bit. I think I want to go home now. Thanks for listening. I hope you have another perspectives that you can share with me for the sake of this country.
Rokok itu...
Sebagai orang yang tidak merokok masih belum bisa menyetujui fatwa haram rokok sepenuhnya. Rokok memang berbahaya tetapi bahaya kurasa belum terlalu tinggi tidak seperti minuman keras yang bahayanya tinggi. Saya masih bingung dengan fatwa ini walaupun tidak berlaku penuh karena ada batasannya yaitu hanya untuk anak-anak, remaja, ibu hamil dan di tempat umum. Tanggapan mertuanya mas arkha gimana ya?
Golput itu hak!
Fatwa haram golput ini jelas-jelas saya tolak. Wong jelas-jelas memilih itu hak kok bukan kewajiban. Alasan yang mereka kemukakan adalah takut kalau sampai tidak ada pemerintahan atau pemimpin. Ini benar-benar tidak berdasar dan terlalu sempit. Dengan hormat saya mengatakn itu pak atau ibu. Negara ini sudah kompleks sistemnya bukan jaman suku-suku seperti dahulu. Tidak mungkin sistem ketatanegaraan akan membiarkan ketidakadaan pemimpin dalam suatu negara pasti ada meknisme kalau golputnya sampai sejauh itu.
Golput sendiri tidak mesti diartikan kejahatan karena bisa dianggap sebagai sebuah mekanisme untuk mengontrol para wakil rakyat. Golput menunjukkan kinerja calon wakil rakyat yang tidak baik seperti saat ini. Golput seharusnya menjadi pengingat dan potensi yang bisa digarap oleh para calon wakil rakyat dengan membuat kampanye atau pendekatan yang lebih baik lagi.
Saya melihat kampanye yang dilakukan para calon wakil rakyat ini sudah kuno dan tidak efisien lagi. Seperti yang diberitakan oleh salah satu TV berita di Indonesia, pemilih tidak semuanya adalah pemilih tradisional yang bisa memlilih hanya dengan nama partai, wajah calon ato iklan-iklan janji saja. Para calon wakil rakyat ini harusnya memiliki ideologi yang bisa ditawarkan kepada masyarakat dan ideologi inilah yang dipilih masyarakat. Kalau janji saja sih semua orang juga bisa.
Cobalah untuk mendekati calon pemilih dengan turun ke tempat-tempat umum untuk bersosialisasi langsung dengan mereka. Menyapa dan ngobrol dengan mereka seperti para tokoh di Amerika. Bukan berarti kita setuju dengan Amerika lho tapi mereka punya cara kampanye yang menurutku menarik. Ada komik jepang "Kunimitsu" yang bercerita mengenai politik dan kampanye di Jepang. Buatlah kampanye sekreatif dan sebaik mingkin, tidak harus mahal kok.
Huf, I've talk to much and the rain has calmed a bit. I think I want to go home now. Thanks for listening. I hope you have another perspectives that you can share with me for the sake of this country.
0 komentar: